Foto: Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021). Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup di zona hijau pada perdagangan Selasa (15/8/2023), meski penguatannya pada hari ini cenderung tipis.
IHSG ditutup naik tipis 0,07% ke posisi 6.915,1. IHSG masih bertahan di level psikologis 6.900 pada perdagangan hari ini.
Secara sektoral, ada empat sektor yang menjadi penopang IHSG pada sesi I hari ini, yakni sektor infrastruktur yang mencapai 5,11%, sektor teknologi sebesar 1,62%, sektor energi sebesar 1,26%, dan sektor properti sebesar 0,98%.
ad
Selain itu, beberapa saham juga turut menjadi penopang IHSG pada akhir perdagangan hari ini. Berikut saham-saham yang menopang IHSG pada perdagangan hari ini.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
GoTo Gojek Tokopedia | GOTO | 13,10 | 97 | 6,59% |
Adaro Energy Indonesia | ADRO | 4,05 | 2.510 | 5,02% |
Bayan Resources | BYAN | 3,00 | 17.750 | 1,00% |
Barito Pacific | BRPT | 1,38 | 930 | 2,20% |
Indosat | ISAT | 1,30 | 9.600 | 4,07% |
Sumber: Refinitiv
Saham teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menjadi penopang terbesar IHSG pada hari ini, yakni mencapai 13,1 indeks poin. Saham GOTO melesat karena pada hari ini dirilis kinerja keuangan periode semester I-2023.
IHSG kembali menguat setelah dirilisnya data neraca perdagangan Indonesia pada periode Juli 2023. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Neraca perdagangan Indonesia Juli 2023 mengalami surplus US$ 1,31 miliar terutama berasal dari sektor nonmigas US$ 3,22 miliar, namun tereduksi oleh defisit sektor migas senilai US$ 1,91 miliar.
Dengan demikian neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 39 bulan berturut sejak Mei 2020.
Turunnya surplus neraca perdagangan Juli 2023 disebabkan karena anjloknya kinerja ekspor yang turun 18,03%, dari US$ 25,47 miliar menjadi US$ 20,88 miliar dan impor turun 8,32% dari US$ 21,35 miliar menjadi US$ 19,57 miliar.
Dengan anjloknya kinerja ekspor dan impor ini, pemerintah percaya diri tak akan mempengaruhi kinerja pertumbuhan ekonomi pada 2023. Terutama karena pelemahannya mereka anggap bukan disebabkan anjloknya kinerja perekonomian domestik, melainkan hanya disebabkan jatuhnya harga-harga komoditas ekspor andalan Indonesia.
Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menuturkan neraca perdagangan komoditas migas mengalami defisit US$ 1,91 miliar disumbang oleh minyak mentah dan hasil minyak.
“Defisit (migas) Juli 2023, lebih besar dari bulan lalu, namun lebih rendah dibandingkan bulan yang sama tahun lalu,” papar Amalia.
Adapun, secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus US$ 21,24 miliar atau lebih rendah US$ 7,88 miliar, dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
“Selama Januari-Juli 2023, sektor migas mengalami defisit US$10,70 miliar, tetapi masih terjadi surplus pada sektor nonmigas US$ 31,94 miliar, sehingga secara total mengalami surplus US$ 21,24 miliar,” paparnya.