Jakarta, Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan lalu kembali cemerlang, usai melesat hingga 1% dan sudah terjadi selama dua pekan beruntun.
Sepanjang pekan lalu, indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut melesat 1,19% secarapoint-to-point(ptp), lebih baik dari posisi pekan sebelumnya yang menguat 0,52%. Dengan ini, maka IHSG sudah mencatatkan kinerja positifnya selama dua pekan beruntun.
Sementara itu pada perdagangan Jumat (1/9), IHSG juga ditutup menguat 0,35% ke posisi 6.977,654. Sepanjang pekan lalu, IHSG konsisten bergerak di level psikologis 6.900. Bahkan, IHSG sempat menyentuh level psikologis 7.000 pada perdagangan sesi I Rabu pekan lalu.
Selama sepekan, nilai transaksi IHSG mencapai Rp 46,1 triliun. Sayangnya, investor asing tercatat masih melakukan aksi jual bersih (net sell) mencapai Rp 2,1 triliun di seluruh pasar sepanjang pekan lalu.
IHSG yang cukup menggembirakan pada pekan ini ditopang oleh sikap optimisme pasar akan prospek berakhirnya era suku bunga tinggi. Selain itu, data tenaga kerja di Amerika Serikat (AS) yang mulai mendingin juga menjadi penopang bursa saham global, termasuk IHSG di pekan ini.
Saat ini ekonomi AS mengalami kelesuan dalam beberapa hal. Terbaru, datapayrolls ADP menunjukkan pengusaha swasta menambah 177.000 pekerjaan pada Agustus. Jumlah tersebut jauh di bawah angka revisi pada Juli yaitu 371.000. Itu juga meleset dari perkiraan Dow Jones sebesar 200.000.
Di lain sisi, proyeksi pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal II-2023 direvisi menjadi 2,1% (yoy) dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,4%.
Sedangkan jumlah lapangan pekerjaan baru JOLTS turun 338.000 menjadi 8,83 juta pada Juli 2023. Jumlah tersebut adalah yang terendah sejak Maret 2021 dan di bawah ekspektasi pasar sebesar 9,47 juta.
Jumlah warga AS yang mengajukan klaim pengangguran juga turun menjadi 228 ribu pada pekan yang berakhir pada 26 Agustus 2023, dari 232 ribu pada pekan sebelumnya.
Meski masih ada sedikit kekhawatiran akan prospek kebijakan suku bunga The Fed ke depannya, tetapi pelaku pasar global memprediksi bahwa The Fed akan kembali menahan suku bunga acuannya pada pertemuan bulan ini.
The Fed akan menggelar pertemuan pada 19-20 September ini. Perangkat CME Fedwatch menunjukkan 93% investor yakin The Fed akan menahan suku bunga acuan di 5,25%-5,5% dalam pertemuan September. Sebanyak 7% memperkirakan The Fed masih akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp).
Pada pekan ini, investor akan mencermati sejumlah data ekonomi dari dalam negeri maupun negara utama lainnya. Sebut saja, data cadangan devisa (cadev) RI per Agustus pada Kamis (7/9) dan indeks keyakinan konsumen (IKK) per Agustus pada Jumat (8/9).
Analisis Teknikal
Foto: Teknikal Teknikal |
IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu harian (daily) menggunakan moving average (MA) dan Fibonacci retracement untuk mencari resistance dan support terdekat.
Pada Jumat pekan lalu, IHSG membentuk candle bullish marubozu dan masih mencoba mendekati lagi level psikologis 7.000.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Dalam grafik harian, posisi RSI naik ke 63,61.
Sementara, dilihat dari indikator lainnya, Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis MACD berada di atas garis sinyal dengan kecenderungan mulai melebar.
Hari ini, IHSG berpotensi menguji resistance terdekat di level psikologis 7.000 sebelum menentukan pergerakan selanjutnya. Level support terdekat berada di 6.950-6.940.