Indonesia – Harga batu bara turun tipis selama sepekan. Namun, selama Agustus, batu bara melonjak seiring dengan permintaan dari China yang masih tinggi di tengah perlambatan ekonomi negara tersebut.

Mengutip data Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Oktober ditutup di posisi US$ 159 per ton atau naik 0,32% pada perdagangan Jumat (3/9).

Posisi harga batu bara kali ini masih tertahan di bawah level psikologis US$160. Dalam sepekan, batu bara melemah tipis 0,31%.

Tetapi, epanjang Agustus, harga batu bara menunjukkan penguatan tertingginya dalam 15 bulan terakhir, melesat 12,49%.

Harga batu bara sempat mencatat rekor tersendiri bulan ini, menguat selama 12 hari beruntun yang menjadi rekor terpanjang sejak Desember 2009.

Rekor ini terakhir kali tercipta pada akhir Desember 2010 atau 12 tahun terakhir. Pada saat batu bara melambung luar biasa pada 2022 lalu pun, harga batu bara tidak mampu mencetak penguatan selama 12 hari. Penguatan terlamanya berlangsung sepuluh hari beruntun.

Sentimen penguat harga batu bara berasal dari Tiongkok yang diperkirakan meningkatkan impor batu bara termal pada bulan Agustus. Hal ini disebabkan tingginya harga pembangkit listrik akibat terbatasnya pasokan.

Impor batu bara Tiongkok diperkirakan akan meningkat pada Agustus lalu dengan Refinitiv memperkirakan kedatangan sebesar 31,2 juta ton sementara Kpler memperkirakan kedatangan sebesar 34,3 juta ton.

Impor batu bara meningkat sejak Maret, seiring China beralih ke pembangkit listrik tenaga batu bara untuk menggantikan pembangkit listrik tenaga air yang turut mongering akibat gelombang panas.

Produksi batubara dalam negeri juga terhambat dalam beberapa minggu terakhir karena peningkatan inspeksi keselamatan, yang mengakibatkan harga batubara dalam negeri menjadi lebih tinggi.

Tingginya harga batu bara China mendorong peningkatan impor, terutama dari Indonesia dan semakin meningkat dari Australia. Impor China dari Australia juga diperkirakan menjadi yang tertinggi dalam 3 tahun terakhir, seiring membaiknya hubungan kedua negara.

Beralih ke India, Coal India Ltd (CIL) sebagai perusahaan batu bara milik negara menawarkan penjualan volume batu bara tertinggi dalam tiga bulan melalui skema SHAKTI. Program ini memungkinkan produsen listrik, yang tidak memiliki perjanjian jual beli listrik (power purchase agreement/PPA), untuk mendapatkan pasokan linkage batubara untuk jangka waktu pendek yang berkisar antara 3 hingga 12 bulan.

Penjualan terbaru ini memberikan peluang bagi pembangkit listrik termal untuk mengisi kembali tingkat persediaan batubara yang mulai berkurang cepat seiring pemulihan yang kuat dalam pembangkit listrik berbasis batubara.

Kebijakan ini akan memastikan pasokan batu bara India. Kebutuhan batu bara India jangka pendek diperkirakan akan meningkat, jika tidak ada tambahan produksi signifikan. Dalam jangka waktu menengah, India akan dapat memasok kebutuhan batu baranya lebih efisien.

Eropa juga merupakan pasar penting batu bara, mengingat musim dingin yang akan datang akan mendorong permintaan. Melansir Reuters, pasar tenaga listrik Eropa beragam pada amis dengan kenaikan harga harian di Jerman terutama karena berkurangnya pasokan energi terbarukan dan pelonggaran Perancis karena lebih banyak ketersediaan nuklir dan lebih rendahnya permintaan.

Produksi tenaga angin Jerman diperkirakan turun hampir setengahnya menjadi 6,6 gigawatt (GW) pada Jumat, hampir separuh lebih rendah dari perkiraan 12,2 GW pada Kamis, menurut data Refinitiv Eikon. Sedangkan, Ketersediaan nuklir Perancis naik dua poin persentase menjadi 62% dari total kapasitas.

Di sisi lain, kedua negara ini bersamaan mencatatkan penurunan permintaan tenaga listrik. Hal ini turut menjadi penyebab harga komoditas energi Eropa yaitu gas yang juga merupakan substitusi batu bara terkoreksi.

Harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) semakin menjauhi level psikologis 40 euro per Mega-Watt hour (MWh). Harga turun 2,68% ke 35,03 euro per MWh.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *