Laba bersih PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) mengalami penurunan sepanjang sembilan bulan pertama 2023. Emiten pelat merah ini membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai US$ 198,49 juta.

Realisasi ini turun 36,07% dari realisasi laba bersih di periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$ 310,52 juta. Alhasil, laba bersih per saham dasar PGAS turun menjadi US$ 0,0082 dari sebelumnya US$ 0,0128.

Melansir laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia, Minggu (29/10), penurunan laba bersih ini terjadi di tengah kenaikan pendapatan. PGAS membukukan pendapatan senilai US$ 2,69 miliar, naik tipis 1,89% dari pendapatan di periode yang sama tahun lalu yakni US$ 2,64 juta.

Secara rinci, pendapatan PGAS didominasi oleh pendapatan dari pihak ketiga yakni mencapai US$ 1,61 miliar. Rinciannya, pendapatan dari segmen Niaga gas bumi senilai US$ 1,23 miliar,  pendapatan dari penjualan minyak dan gas bumi senilai US$ 244,7 juta, dan pendapatan dari Transmisi gas US$ 76,65 juta.

Sementara itu, pendapatan dari pihak berelasi mencapai US$ 1,07 miliar, yang terdiri di antaranya pendapatan dari Niaga gas bumi senilai US$ 650,7 juta, Transmisi gas senilai US$ 123,48 juta, dan  Transportasi minyak senilai US$ 106,71 juta.

Berdasarkan segmentasinya, pendapatan niaga gas bumi terdiri dari niaga gas kepada Pelanggan industri dan komersial senilai US$ 1,86 miliar, Pelanggan rumah tangga senilai US$ 16,06 juta, dan dari Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) senilai US$ 2,39 juta.

Sayangnya, kenaikan pendapatan juga diikuti oleh kenaikan sejumlah beban yang lebih tinggi dari pertumbuhan pendapatan. Misalkan, beban pokok pendapatan PGAS naik 6,5% menjadi US$ 2.16 miliar. Beban umum dan administrasI PGAS juga naik 5,9% menjadi US$ 139,68 juta.

Namun, anak usaha PT Pertamina (Persero) ini berhasil menekan beban keuangan menjadi US$ 78,77 juta dari sebelumnya mencapai US$ 98,11 juta.