Kinerja emiten properti di tahun 2024 diprediksi masih cenderung stagnan. Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei mengatakan, pendapatan prapenjualan alias marketing sales emiten properti di tahun 2023 rata-rata cenderung flat, bahkan beberapa mengalami penurunan.
Hal ini terutama disebabkan karena high base effect, di mana tahun lalu penjualan memang melonjak karena adanya insentif pajak dan suku bunga rendah. Namun, hal ini bukan berarti tidak bagus.
“Sebab, jika dibandingkan dari sebelum pandemi, rata-rata penjualan properti sudah tumbuh lebih baik,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (5/12).
Sebagai gambaran, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) mengantongi marketing sales sebesar Rp 1,3 triliun hingga Oktober 2023. Raihan itu mencapai 73% dari target tahun 2023 sebesar Rp 1,8 triliun.
PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) mencatatkan marketing sales sebesar Rp 1,02 triliun hingga kuartal III 2023. Raihan itu naik 39% secara kuartalan, yaitu Rp 420 miliar per kuartal II 2023.
PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) mencatatkan marketing sales sebesar Rp 933 miliar hingga kuartal III 2023. Angka itu turun 41% dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 1,58 triliun.
PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) mencatatkan marketing sales sebesar Rp 6,75 triliun hingga akhir kuartal III 2023. Angka tersebut meningkat 1% apabila dibandingkan dengan pencapaian periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 6,72 triliun.
Pada tahun 2024, kata Jono, kinerja emiten properti juga akan cenderung flat, terutama karena suku bunga yang sudah naik.
“Daya beli masyarakat kemungkinan juga akan lebih terbatas, terutama pada menengah bawah,” tuturnya.
Di sisi lain, pergantian pemerintahan setelah rangkaian Pemilu 2024 bisa mempengaruhi keputusan masyarakat untuk membeli properti baru.
“Untuk aset yang kinerjanya akan bagus di tahun 2024, rumah tapak masih akan menjadi favorit,” paparnya.
Jono pun merekomendasikan beli untuk SMRA dengan target Rp 820 per saham.s