Kinerja emiten crude palm oil (CPO) masih dibayangi potensi penurunan harga minyak sawit mentah.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Muhammad Nafan Aji Gusta mengatakan, kinerja emiten CPO hingga kuartal III 2023 memang masih turun. Hal itu disebabkan penurunan harga CPO, terutama di bursa CPO Malaysia.

“Penurunan harga itu berkaitan dengan oversupply CPO dan adanya penurunan permintaan,” ujarnya kepada Kontan, Minggu (3/12).

Pada tahun 2024, Nafan melihat, permintaan CPO secara global akan meningkat, khususnya untuk biodiesel.

“Jika dilihat secara teknikal, pergerakan harga CPO sudah mulai menunjukkan tren pergerakan yang positif. Ini diharapkan bisa progresif ke depannya, karena tengah terjadi chanelling up,” ungkapnya.

Sementara, dari sisi fundamental, ada potensi kenaikan harga yang terefleksikan dari adanya peningkatan permintaan CPO untuk biodiesel global.

Hal itu terjadi di tengah potensi pemulihan ekonomi global yang diimbangi juga permintaan CPO yang relatif stabil dari pasar domestik. Permintaan CPO dari pasar domestik tak hanya untuk produk konsumsi, tetapi juga untuk biodiesel.

“Misalnya, CPO untuk B35 juga sudah diimplementasikan oleh Pertamina,” kata Nafan.

Nafan mengatakan, permintaan CPO domestik ke depannya juga akan dipengaruhi kelancaran Pemilu 2024. “Jika terjadi government spending dan diikuti peningkatan daya beli masyarakat, bisa jadi katalis positif untuk permintaan CPO,” tuturnya.

Di sisi lain, emiten CPO juga akan menghadapi tantangan dampak dari El Nino terhadap produksi mereka. Namun, Nafan melihat, dampaknya tidak akan terlalu parah. Sebab, saat ini buah sawit sudah hampir matang, sehingga tidak terlalu mengganggu masa panen di tahun 2024.

“Hal ini tentu bisa meningkatkan produktivitas emiten CPO di tahun depan,” tuturnya.

Kehadiran Bursa CPO juga bisa menjadi katalis positif bagi emiten CPO ke depannya. Meskipun saat ini masih belum signifikan perannya, tetapi Bursa CPO bisa membantu penentuan harga jual di Indonesia.

“Kita butuh perdagangan CPO yang menggunakan rupiah, sehingga tidak lagi mengandalkan Bursa CPO dari luar, termasuk Malaysia. Ini memang butuh waktu, karena datanya masih sedikit. Tapi ini langkah yang progresif,” kata Nafan.

Diantara emiten CPO, Nafan pun merekomendasikan accumulate saham LSIP dan AALI dengan target harga masing-masing Rp 945 – Rp 1.055 dan Rp 7.850 per saham.