Deu Calion Futures (DCFX) memprediksi, harga minyak mentah berpotensi lanjut naik ke depannya, meski akhir-akhir ini sempat menurun. Pasalnya, kebutuhan minyak dapat meningkat karena eskalasi konflik di Timur Tengah yang semakin meluas.

Analis DCFX Andrew Fischer menilai, konflik tersebut menjadi faktor krusial yang memengaruhi ketersediaan minyak di pasar global. Selain itu, isu perang dunia ketiga antara Eropa dan Rusia memberikan dampak signifikan.

Pemerintahan Eropa memberikan informasi kepada masyarakat untuk mempersiapkan diri terhadap potensi krisis energi yang dapat memicu panic buying dan peningkatan permintaan minyak. Dengan kondisi ini, permintaan yang tinggi dapat mendorong kenaikan harga minyak.

Di samping itu, arah tren harga minyak juga masih cenderung naik. Menurut Andrew, hingga saat ini, belum ada tanda-tanda perubahan yang signifikan dalam dinamika pasar minyak.

Baca Juga: Harga Minyak Bergerak Tipis, Brent ke US$ 79,6 dan WTI ke US$ US$ 74,44 di Pagi Ini

“Pelaku pasar dan investor diharapkan untuk memperhatikan secara cermat perkembangan situasi geopolitik yang dapat memberikan pengaruh signifikan terhadap harga minyak dalam beberapa waktu ke depan,” tutur Andrew dalam keterangan tertulisnya, Rabu (24/1).

Andrew mencatat, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mengalami penurunan pada perdagangan Selasa (23/1). Minyak mentah berjangka untuk penyerahan Maret 2024 diperdagangkan pada US$ 74,50 per barel, turun 0,35%, menurut data New York Mercantile Exchange.

Sebelumnya, instrumen ini mencapai sesi rendah. Adapun tingkat support diperkirakan berada pada US$ 70,50 per barel dengan resistance di US$ 75,75 per barel.

Sementara itu, harga minyak Brent untuk penyerahan Maret 2024 turun 0,44% menjadi US$ 79,71 per barel. Selain itu, spread antara kontrak minyak Brent dan minyak WTI mencapai US$ 5,21 per barel, mencerminkan dinamika perbedaan harga antara kedua jenis minyak tersebut.