Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi kembali bergerak dalam volatilitas tinggi di bulan Juni ini. Di tengah berbagai sentimen global dan domestik, IHSG tengah berjuang untuk kembali ke level psikologisnya di 7.000. 

IHSG menutup Mei dengan terkoreksi 0,90% atau turun 63,40 poin ke level 6.970,73 pada Jumat (31/5). Adapun sepanjang Mei, IHSG sudah melemah 3,64% atau turun 263,46 poin.

Beberapa saham menjadi pemberat langkah IHSG, yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Astra International Tbk (ASII) yang masing-masing menggerus IHSG sebesar 91,59 poin, 64,74 poin dan 38,99 poin.

Tekanan juga datang dari saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang turun 10,8% sepanjang Mei 2024. Dengan kapitalisasi mencapai Rp 1.100 triliun, BREN telah menggerus IHSG sebesar 38,97 poin.

Pasalnya, saham emiten milik Taipan Prajogo Pangestu ini anjlok hingga menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) selama tiga hari beruntun. Ini sejalan dengan BREN masuk dalam papan pemantauan khusus. 

Misalnya, pada Jumat (31/5), BREN ambles anjlok 9,86% atau turun 900 poin ke level Rp 8.225. Pada hari itu, pelemahan saham emiten Energi Baru Terbarukan (EBT) ini sudah menggerus IHSG sebesar 35,08 poin.

Nafan Aji Gusta, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas mencermati dengan kapitalisasi pasar yang jumbo, penurunan pada BREN akan menghantui pergerakan IHSG sepanjang Juni 2023.

Ini mengingat BREN akan masuk dalam papan pemantauan khusus selama 30 hari kalender. Sebagai pengingat, BREN resmi masuk ke dalam papan pemantauan khusus pada 29 Mei 2024.

“Kalau tekanan BREN terus terjadi, ini juga akan mempengaruhi atau mengurangi optimalisasi kinerja IHSG. Istilahnya, ini akan membuat fluktuasi IHSG tinggi,” kata Nafan kepada Kontan akhir pekan lalu.

Selain itu, pergerakan IHSG di Juni ini akan dipengaruhi sentimen global. Terutama rilis berbagai data Inflasi Amerika Serikat (AS), data ketenagakerjaan AS dan pertemuan The Fed pada 12 Juni 2024.

Nafan bilang kalau arah langkah The Fed sudah semakin jelas, terutama kepastian dalam penurunan suku bunga semakin terang benderang maka akan menjadi sentimen positif bagi pasar.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mencermati di awal Juni, sudah ada beberapa sentimen positif mulai datang.

“Di mana data variabel inflasi Amerika Serikat sudah mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan,” jelas dia saat dihubungi Kontan, Minggu (2/6). 

“Untuk menyambut Juni ini, investor dapat mencermati saham-saham di sektor kesehatan, bahan baku, energi, perbankan dan teknologi,” kata Nico. 

“Secara historis dalam delapan tahun terakhir IHSG dalam tren yang positif. Maka dengan koreksi pada IHSG ini bisa dimanfaatkan investor untuk akumulasi atau buy on weakness,” sarannya.

Nafan merekomendasikan accumulative Buy ADMR dengan target di Rp 1.510. Kemudian accumulative buy ADRO, BSDE dan ITMG dengan masing-masing target harga di Rp 2.800, Rp 975 dan Rp 24.875. 

Selain itu, dia juga merekomendasikan buy on weakness BBCA dan BBI target harga terdekat di Rp 9.400 dan Rp 4.590. Berikutnya, investor bisa accumulative buy BMRI dengan target harga terdekat di Rp 6.000.