Emiten kontraktor dan jasa pertambangan masih getol mengejar kontrak baru di akhir tahun ini. Sejumlah emiten bahkan mampu mendongkrak kinerja hingga periode kuartal III-2024.
Emiten jasa tambang yang tahun ini rajin memburu tambahan kontrak dan melakukan aksi korporasi adalah PT Petrosea Tbk (PTRO) dan PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID). Aksi teranyar PTRO dalam mengejar kontrak baru terjadi pada pekan lalu.
Sekretaris Perusahaan Petrosea, Anto Broto mengungkapkan pada 5 November 2024 emiten dari konglomerasi milik Prajogo Pangestu ini telah menandatangani term sheet perjanjian jasa pertambangan batubara dengan PT Niaga Jasa Dunia dan PT Bara Prima Mandiri.
Durasi perjanjian dalam term sheet ini berlaku sampai dengan 31 Desember 2032. Estimasi produksi lapisan penutupan mencapai 135,46 juta bank cubic meter (bcm) dan produksi batubara sebanyak 7,53 juta ton.
Estimasi nilai pekerjaan sebesar Rp 4,03 triliun. “Memberikan dampak positif terhadap kelangsungan usaha serta meningkatkan kinerja operasional dan keuangan Petrosea,” kata Anto dalam keterbukaan informasi Rabu (6/11).
Sebelumnya, DOID melalui anak usahanya, PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA) mengumumkan perpanjangan kontrak jangka panjang dengan PT Indonesia Pratama, anak usaha PT Bayan Resources Tbk (BYAN). Penandatanganan amandemen perjanjian dilaksanakan pada 23 Oktober 2024.
Periode perpanjangan kontrak berlangsung 11 tahun, dari 2024 hingga 2035, dan akan memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan BUMA senilai Rp 107,8 triliun atau sekitar US$ 7,8 miliar. Perjanjian ini mencakup peningkatan dalam pemindahan lapisan tanah penutup hingga 1,82 miliar bcm, serta peningkatan produksi batubara mencapai 465 juta ton selama periode kontrak.
Sementara itu, emiten jasa tambang milik konglomerat Low Tuck Kwong, PT Samindo Resources Tbk (MYOH) mengalami lonjakan kinerja dalam periode sembilan bulan 2024. MYOH telah memetik hasil dari akuisisi PT Transkon Jaya Tbk (TRJA) pada akhir November 2023 lalu.
Pendapatan MYOH naik 42,95% secara tahunan atau year on year (YoY) dari US$ 94,87 juta menjadi US$ 135,62 juta. Sedangkan laba bersih MYOH melonjak 57,66% YoY dari US$ 11,55 juta menjadi US$ 18,21 juta hingga September 2024.
Sekretaris Perusahaan Samindo Resources Ahmad Zaki Natsir mengungkapkan tambahan pendapatan dan laba bersih dari TRJA ikut mendongkrak kinerja MYOH. Di samping adanya peningkatan operasional, terutama dari sisi volume pemindahan lapisan penutup (overburden) sebanyak 6 juta bcm.
“Kami juga memaksimalkan jumlah alat yang beroperasi sehingga jumlah yang diangkut dapat lebih banyak. Jadi biaya dapat suku cadang dapat ditekan. Sampai akhir tahun kami optimistis dapat memenuhi target,” kata Zaki kepada Kontan.co.id, Selasa (12/11).
Kinerja bisnis kontraktor penambangan PT United Tractors Tbk (UNTR) juga moncer. Segmen ini menjadi salah satu penopang pertumbuhan kinerja emiten dari Grup Astra tersebut.
Unit usaha UNTR di bidang kontraktor penambangan dijalankan oleh PT Pamapersada Nusantara (PAMA) dan anak usahanya. Sampai dengan kuartal III-2024, pendapatan PAMA Grup naik 11,50% YoY dari Rp 39,1 triliun ke level Rp 43,6 triliun.
UNTR mengejar target produksi pada level 144 juta ton-145 juta ton dan 1,2 miliar bcm. Dalam periode sembilan bulan 2024, PAMA Group mencatat peningkatan volume overburden sekitar 9% menjadi 921 juta bcm dengan volume produksi batubara untuk para klien sekitar 17% menjadi 111 juta ton.
Corporate Secretary United Tractors Sara K. Loebis melihat ruang pertumbuhan kinerja segmen kontraktor penambangan masih terbuka. Namun, hal ini akan tergantung pada Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) dari para pemilik tambang.
UNTR pun telah menggelontorkan belanja modal yang cukup jumbo untuk segmen kontraktor penambangan, yakni sebesar Rp 6,4 triliun hingga kuartal III-2024. “Untuk pembelian alat berat, mengganti yang sudah usang serta rekondisi komponen alat,” kata Sara.
Analis Stocknow.id Dinda Resty Angira memandang secara umum outlook kinerja emiten jasa pertambangan masih menarik. Apalagi bagi emiten yang getol ekspansi serta yang berhasil mendapatkan kontrak baru atau mengamankan perpanjangan kontrak.
Permintaan global terhadap komoditas tambang Indonesia terutama batubara yang masih tinggi, sehingga kebutuhan terhadap jasa pertambangan di pasar domestik tetap terjaga. “Potensi pertumbuhan dan ekspansi bisnis emiten-emiten ini aktif memperluas kontrak untuk memperkuat posisi di sektor tambang.,” kata Dinda kepada Kontan.co.id, Rabu (13/11).
Emiten dengan kontrak jangka panjang dan diversifikasi klien akan punya landasan yang kokoh untuk mengejar pertumbuhan yang berkelanjutan. “Meskipun ada risiko yang terkait dengan fluktuasi harga komoditas dan regulasi lingkungan, peluang ekspansi bisnis dan kontrak jangka panjang tetap menarik,” imbuh Dinda.
Di antara emiten jasa dan kontraktor pertambangan, Dinda menyematkan rekomendasi buy untuk tiga saham. Dinda menjagokan saham UNTR dengan target harga Rp 30.000-Rp 31.000 per saham, PTRO dengan target harga Rp 20.000-Rp 21.000 per saham, dan DOID dengan target harga Rp 700-Rp 765 per saham.
Sedangkan secara teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menyarankan speculative buy saham DOID untuk target harga Rp 675-Rp 700 per saham. Kemudian, buy on weakness UNTR untuk target harga Rp 27.175-Rp 27.500.
Rekomendasi lainnya, Herditya menyodorkan PT Darma Henwa Tbk (DEWA) untuk trading buy dengan target harga Rp 146-Rp 154 per saham. Sementara itu, Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo menyarankan wait and see saham UNTR dengan mencermati support Rp 25.575 dan resistance di Rp 27.450.
William selanjutnya menyarankan specualtive buy saham DOID dengan support di Rp 610 dan resistance Rp 730. Kemudian, William menyarankan untuk mencari peluang buy on weakness pada saham PTRO dengan support di Rp 16.300 dan resistance pada Rp 20.000 per saham.