JAKARTA. Mengawali bulan September 2023, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) parkir di area 6.977,65 usai menguat 0,35% pada Jumat (1/9). Setelah sempat merangkak ke level 7.000 di akhir Agustus, akan kah IHSG kembali melaju di bulan ini?

Secara historis, pergerakan IHSG tidak begitu seirama dengan “September Ceria”. Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro mengamati sejak tahun 2012 – 2022, IHSG hanya mencatatkan return positif sebanyak lima kali di bulan September.

Sisanya, enam kali IHSG mencetak return negatif. Bahkan sejak tahun 2018, IHSG hanya menguat satu kali pada bulan September, yakni ketika 2021. Kala itu IHSG melejit 2,22%. Sedangkan pada September tahun lalu, IHSG merosot 1,92%.

Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih menambahkan, secara historis dalam 10 tahun terakhir, IHSG di bulan September cenderung mengalami koreksi dengan probabilitas 60% dan rata-rata return -1,32%. Ratih pun menyoroti katalis domestik dan global yang berpotensi memengeruhi laju IHSG September kali ini.

Pertama, pelaku pasar berpotensi mengambil langkah profit taking setelah IHSG menguat dalam tiga bulan beruntun sejak Juni hingga Agustus 2023.

Kedua, Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal pekan ini, Senin (4/9) akan memberlakukan kembali Auto Rejection Bawah (ARB) simetris.

“Dampaknya bisa terjadi fluktuasi harga saham yang signifikan, apalagi jika saham tersebut memiliki pembobotan cukup besar terhadap IHSG,” kata Ratih kepada Kontan.co.id, Minggu (3/9).

Ketiga, dari faktor global, pelaku pasar akan mencermati keputusan suku bunga The Fed pada Federal Open Market Committee (FOMC) 20 – 21 September mendatang.  Sejauh ini, suku bunga The Fed diproyeksikan tetap pada level 5,25% – 5,50%.

Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera Daniel Agustinus menimpali, The Fed masih berpotensi kembali mengerek suku bunga sebesar 25 basis points, meski data tenaga kerja Amerika Serikat membaik. Di sisi lain, Daniel sepakat pergerakan pasar saham akan lebih volatile saat ARB Simetris diberlakukan.

Daniel pun memperkirakan IHSG hanya akan sementara bercokol di atas level 7.000. “Untuk September 2023 ini, market akan lebih banyak mengalami tekanan dan aksi profit taking sehingga diperkirakan akan kembali melemah ke level 6.800 – 6.900,” sebut Daniel.

Selain indikator dan kebijakan makro ekonomi – moneter, CEO Pinnacle Investment Indonesia Guntur Putra mengingatkan perkembangan situasi politik akan turut membawa sentimen bagi pasar. Apalagi tenggat menjelang Pemilu dan Pilpres semakin dekat.

“Tidak ada kecenderungan kuat untuk mengatakan apakah menjadi “September Ceria” atau sebaliknya. Tentunya kondisi ekonomi global dan faktor-faktor internal akan mempengaruhi pergerakan pasar,” tutur Guntur.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *