PT Vale Indonesia Tbk (INCO) memperkirakan produksi nikel matte tahun depan di angka 70.000 ton. Angka ini tidak mengalami kenaikan dari estimasi produksi tahun ini, yakni di angka 70.000 ton.
Chief Financial Officer Vale Indonesia Bernardus Irmanto, menyebut, ada dua faktor yang menyebabkan produksi tahun depan cenderung sama dengan tahun ini. Pertama, faktor tingkat pemeliharaan alat tambang, di mana tahun depan jumlah hari yang digunakan untuk pemeliharaan alat akan semakin banyak. Tentu, hal ini akan berpengaruh terhadap ketersediaan alat produksi tambang.
Kedua, tingkat produksi juga memperhatikan grade nikel yang ada di area tambang yang berpengaruh terhadap output.
“Kalau dinormalisasikan sebenarnya kami berpeluang berproduksi lebih tinggi. Namun, dengan 2 faktor ini, maka tingkat produksi yang feasible di level 70.000-an ton,” terang Irmanto dalam paparan publik yang digelar Rabu (29/11).
Irmanto mengklaim, pihaknya berupaya agar pemeliharaan alat berjalan optimal sehingga tingkat utilisasi alat menjadi tinggi sehingga berdampak pada naiknya produksi di tahun mendatang. INCO juga mengupayakan untuk bisa mendapatkan bijih nikel dengan grade yang lebih baik sehingga output produksi menjadi lebih baik
Adapun INCO optimistis mencapai target produksi setahun penuh pada tahun ini di kisaran 70.000 ton nikel dalam matte. Optimisme ini berkaca pada moncernya kinerja operasional INCO per akhir September 2023.
INCO memproduksi 51.644 ton nikel dalam matte dalam periode Januari-September 2023. Realisasi ini naik 17,6% dari produksi di periode yang sama tahun lalu yang hanya 43.907 ton nikel dalam matte.
Pada kuartal III-2023 saja, INCO memproduksi 17.953 ton nikel dalam matte. Angka ini naik 2,5% dari produksi kuartal III-2022 yang sebesar 17.513 ton nikel matte. Realisasi ini juga naik 6% dari produksi di kuartal kedua 2023 yang sebesar 16.922 ton nikel dalam matte.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan memproyeksi, INCO dapat mencapai target produksi nikel matte tahun ini yang ditargetkan sebesar 70.000 ton, karena volume produksi per akhir kuartal III-2023 sudah mencapai 73,8% dari perkiraan BRI Danareksa Sekuritas.
Dus, Hasan merekomendasikan beli saham INCO dengan target harga Rp 7.000 per saham. Saham INCO dinilai menarik seiring kejelasan proyek high pressure acid leaching (HPAL) miliknya dan potensi margin yang lebih unggul dibandingkan perusahaan nikel sejenis.
Pada perdagangan Jumat (1/12), saham INCO ditutup melemah 2,22% ke level Rp 4.400 per saham.