Perubahan sektor unggulan di pasar saham umumnya terjadi sejalan dengan pergantian tahun. Memasuki tahun 2024, ada sejumlah katalis yang berpotensi menyetir rotasi sektoral saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sepanjang tahun lalu, dari 11 sektor saham yang ada di BEI, sektor infrastruktur memimpin dengan lonjakan yang signifikan. Tercermin dari laju IDX Infrastructures yang meroket 80,75%, jauh meninggalkan indeks sektoral lainnya.
Menempati posisi kedua, sektor barang baku (basic materials) hanya tumbuh 7,51%. Diikuti oleh sektor keuangan yang naik 3,07%. Sementara itu, sektor teknologi dan kesehatan turun paling dalam dengan mencetak kinerja masing-masing turun 14,07% dan 12,07%.
Sedangkan sektor energi yang berjaya pada tahun 2022, berbalik mencatat turun 7,84% sepanjang 2023. Dalam kondisi tersebut, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu melaju dengan kenaikan 6,16% ke level 7.272,79.
CEO Edvisor Profina Visindo, Praska Putrantyo mengamati kinerja sektoral dan penguatan IHSG tahun 2023 cenderung ditopang oleh saham-saham yang baru melantai di BEI. Lonjakan harga saham anyar itu mendongkrak kapitalisasi pasar sehingga memberikan bobot jumbo bagi pergerakan indeks, khususnya PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN).
Harga saham dan market cap BREN yang meroket, mendongkrak indeks sektor infrastruktur. Pada saat yang sama, AMMN mendorong laju sektor barang baku bersama dengan Duo Barito, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT).
“Penguatan pada saham-saham tersebut mendorong sektor infrastruktur yang menguat hingga 80,75% dan sektor barang baku naik 7,51%,” kata Praska kepada Kontan.co.id, Senin (1/1).
Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih menambahkan, rotasi sektor cenderung terjadi pada setiap kuartal. Pada kuartal I-2023, Ratih melihat sektor konsumsi primer sempat unggul. Katalisnya, adanya kekhawatiran ketika sejumlah perbankan di Amerika Serikat kolaps, yang membuat pelaku pasar melirik saham di sektor defensif.
Lanjut ke kuartal II-2023, ada peningkatan di sektor konsumsi non-primer, sejalan dengan daya beli masyarakat yang semakin solid. Masuk ke kuartal III-2023, kinerja sektor barang baku menanjak, terutama setelah Initial Public Offering (IPO) AMMN.
Kemudian pada kuartal IV-2023, peluncuran Bursa Karbon menjadi angin segar bagi saham energi terbarukan yang banyak tertampung di sektor infrastruktur. Apalagi setelah saham BREN langsung ngebut usai listing di BEI pada 9 Oktober 2023.
Sedangkan pada tahun ini, Ratih menyoroti dua katalis penting yang bakal memengaruhi pergerakan sektoral saham di BEI. Pertama, potensi pemangkasan suku bunga oleh The Fed, yang akan diikuti Bank Indonesia. Kedua, momentum politik Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilihan Presiden (Pilpres).
Secara historis, Ratih mengungkapkan Pemilu & Pilpres menjadi katalis positif bagi sektor konsumsi primer. Selain faktor kenaikan konsumsi, sektor ini juga terpapar angin segar dari melandainya harga soft commodity seperti gandum.
“Sehingga beban pokok produksi bisa turun dan margin dapat meningkat,” ungkap Ratih.
Sektor lain yang berpotensi naik daun tahun ini adalah properti. Menurut Ratih, menarik mencermati sektor properti seiring potensi pemangkasan suku bunga acuan. Selain itu, ada guyuran insentif Pajak Pertambahan Nilai yang Ditanggung Pemerintah (PPN DTP). “Insentif ini diproyeksikan mengakselerasi marketing sales emiten,” imbuh ratih.
Selanjutnya, Ratih menjagokan sektor barang baku, khususnya di saham tambang logam (metal mining). Katalis utamanya adalah pemulihan ekonomi global dan upaya pemerintah untuk terus menggencarkan hilirisasi pertambangan.
Sektor unggulan lainnya adalah keuangan, terutama saham perbankan yang menunjukkan stabilitas kinerja di tengah volatilitas pasar dan situasi ekonomi. “Momentum Pemilu berpengaruh positif bagi konsumsi, serta meningkatkan permintaan kredit,” tambah Ratih.
Sebagai trading plan di periode awal tahun 2024, Ratih pun menyematkan rekomendasi buy untuk saham PT Mayora Indah Tbk (MYOR) dengan target harga Rp 2.650, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dengan target Rp 3.050, dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) dengan target harga Rp 630.
Kemudian, buy on weakness PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) di area Rp 5.550 dengan target harga di Rp 5.900.
Praska sepakat, pelonggaran kebijakan moneter suku bunga cuan serta pelaksanaan Pemilu & Pilpres akan menjadi faktor krusial. Praska memproyeksikan sektor yang berpotensi memimpin di tahun 2024 adalah sektor keuangan, barang baku, konsumsi primer dan non-primer, properti, dan perindustrian.
“Sementara saham-saham dari sektor energi, pertambangan, dan teknologi masih terbilang netral karena belum ada katalis pendorong yang kuat pada tahun 2024,” imbuh Praska.
Dengan proyeksi tersebut, Praska melirik saham PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP), PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).
Equity Analyst & Economist KGI Sekuritas Indonesia, Rovandi menjagokan saham-saham di industri nikel dan kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV). Dia membagi ke dalam tiga segmen, yakni bahan baku, produk EV baterai dan sepeda/motor listrik, serta emiten komponen EV.
“Kami melihat tahun 2024 semua saham di sektor ini berpotensi mengalami kenaikan, terutama di bagian bahan baku yang lebih mature,” kata Rovandi.
Saham pilihannya, dari sektor barang baku ada PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL).
Selanjutnya, ada PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) dan PT Indika Energy Tbk (INDY) di sektor energi. Lalu, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) dari sektor teknologi. Kemudian, komponen otomotif dari sektor konsumsi non-primer, yakni PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) dan PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA).
Sementara itu, Tim Riset Kiwoom Sekuritas Indonesia melirik sejumlah sektor potensial untuk tahun 2024. Kiwoom Sekuritas menyematkan rating overweight untuk saham telekomunikasi di sektor infrastruktur, perbankan di sektor keuangan, properti, transportasi dan logistik, serta ritel pada sektor barang konsumsi.
Saham-saham pilihan di sektor dengan outlook overweights tersebut adalah TLKM, PT XL Axiata Tbk (EXCL), BBRI, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), BSDE, PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Blue Bird Tbk (BIRD), PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA), ERAA, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), dan PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES).