Masih ada sejumlah pekerjaan rumah di pasar modal yang harus dituntaskan di pemerintahan baru di bawah naungan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Dalam catatan Infovesta, dari 939 perusahaan yang tercatat di Indonesia ada 232 emiten yang mendapatkan notasi khusus per 16 Oktober 2024. Terdapat 497 ada emiten dengan kapitalisasi pasar di bawah Rp 1 triliun.
Berikutnya, ada 265 emiten yang membukukan memiliki laba negatif alias menderita rugi. Terakhir, ada 46 perusahaan tercatat yang valuasi Price Book Value (PBV) negatif.
Parto Kawito, Direktur Infovesta Utama menuturkan selain kinerja fundamental para emiten, ada permasalahan dari sisi likuiditas saham yang masih rendah sehingga beberapa reksadana sulit dan takut membeli suatu saham.
“Jadi emiten yang banyak haus dibarengi aliran dana masuk baik dari investor agar pasar lebih efisien, tidak gampang “digoreng” serta memberikan manfaat kepada pemegang saham,” katanya kepada Kontan, akhir pekan lalu.
Selain meningkatkan kualitas emiten, ada beberapa pekerjaan rumah yang harus dibenahi oleh pemerintahan baru untuk mendorong laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan menciptakan bursa yang kondusif.
Direktur Purwanto Asset Management Edwin Sebayang menuturkan pemerintah baru harus bisa mendorong perekonomian Indonesia sambil menjaga angka inflasi di rata-rata 3%.
Selain itu, pemerintah juga harus bisa menjaga bisa menjaga nilai tukar rupiah di level Rp 15.000 per dolar Amerika Serikat (AS) serta menjaga level suku bunga Bank Indonesia (BI) di level 4%.
“Pemerintah juga perlu mendorong agar lebih banyak BUMN yang berkualitas untuk dapat segera Go Public atau menjadi perusahaan terbuka,” jelas Edwin.
Dia juga menitip pesan agar direksi serta level jabatan senior vice president dan vice president di perusahaan BUMN yang sudah menjadi perusahaan terbuka merupakan sosok yang bersih dan berkualitas
Sejalan dengan itu, Iman Rachman Direktur Bursa Efek Indonesia berharap di pemerintahan baru ini, akan ada tambahan suplai dari BUMN dengan kapasitas IPO yang besar.
“Mungkin di 2025 mulai akan BUMN maupun anak BUMN lain yang bisa melantai seperti Pertamina, Inalum, PTPN bisa tercatat di BEI,” ucap dia.